Beranda » Berita » Sejarah Sa’i atau Berlari Kecil di antara Bukit Shafa dan Marwah
Sejarah Shafa dan Marwah, Dua Bukit dalam Ibadah Haji dan Umrah Halaman all - Kompas.com

Bukit Shafa dan Marwah/Dok: Istimewa

 

ZULINDO.ID – Tahukah anda ada kisah menarik tentang Sejarah sa’i atau berlari kecil di antara Bukit Shafa dan Marwah yang merupakan rangkaian ibadah umroh dan haji?

Salah satu rukun dalam melaksanakan ibadah umroh dan haji adalah Sa’i. Ibadah Sa’i adalah salah satu rukun umroh dan haji yang dilakukan dengan berlari-lari kecil atau berjalan dengan bergegas di antara Bukit Shafa dan Marwah yang berjarak 405 meter sebanyak tujuh kali.

Prosesi Sa’i dilaksanakan dari bukit Shafa. Ketika berada di Shafa, jamaah hendaknya naik ke atas bukit menuju Marwah dan kemudian mengahadap ke Kabah. Ibadah Sa’i yang saat ini dilaksanakan oleh jamaah haji dan umroh memiliki sejarah dan makna tersendiri. Untuk mengetahui sejarah dan makna dari ibadah sa’i lebih jauh, berikut adalah penjelasannya.

Kisah Sejarah Sa’i : Siti Hajar, Nabi Ibrahim AS, dan Nabi Ismail AS

Sejarah sa’i tidak lepas dari kisah istri Nabi Ibrahim yang juga ibu dari Nabi Ismail, yaitu Siti Hajar. Sejarah sa’i di antara Bukit Shafa dan Marwah berawal ketika Siti Hajar berusaha mencari air untuk putranya Ismail yang tengah kehausan.

Ketika itu, Nab Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk meninggalkan istri dan juga anaknya di sebuah gurun yang sangat tandus. Siti Hajar yang merasa bingung dan sedih atas rencana kepergian suaminya pun bertanya “Hendak pergi kemanakah engkau Ibrahim?”.

Mendengar pertanyaan tersebut dari istrinya, Nabi Ibrahim tidak menjawab dan diam saja. Kemudian Siti Hajar menambahkan “Sampai hatikah engkau Ibrahim meniggalkan kami berdua di tempat sunyi dan tandus seperti ini?”.

Ibrahim masih tidak menjawab dan tidak menoleh sama sekali. Kemudian Siti Hajar berkata kembali, “Adakah ini perintah dari Allah SWT?”. Saat itu, Nabi Ibrahim menjawab, “Ya”. Mndengar jawaban tersebut, hati Siti Hajar menjadi lebih tenang. Lalu kemudian Siti Hajar kembali berkata,”Jika memang demikian, pastilah Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan nasib kita.”.

Nabi Ibrahim kemudian pergi meninggalkan Siti Hajar dan juga Ismail dengan membekali mereka makanan dan minuman. Akan tetapi bekal yang diberikan Ibrahim tersebut lama-kelamaan habis juga. Siti Hajar kemudian berusaha mencari air untuk anaknya.

Dari tempat ia berada, Siti Hajar melihat sebuah bukit, yaitu Bukit Shafa. Ia kemudian bergegas mencari air menuju puncak Bukit Shafa, akan tetapi nihil. Ia tidak menemukan apapun. Kemudian ia bergegas turun ke arah Bukit Marwah, namun nihil juga. Siti Hajar kembali lagi ke Bukit Shafa, dan kembali lagi ke Bukit Marwah. Demikian seterusnya hingga tujuh kali.

Setelah tujuh kali bergegas dari Shafa ke Marwah dan sebaliknya, dari Bukit Marwah Siti Hajar mendengar suara gemericik air. Ia kemudian menghampiri arah suara tersebut. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan pancaran air yang deras keluar dari dalam tanah di bawah telapak kaki Nabi Ismail.

Tahukah anda ada kisah menarik tentang Sejarah sa’i atau berlari kecil di antara Bukit Shafa dan Marwah yang merupakan rangkaian ibadah umroh dan haji?

Salah satu rukun dalam melaksanakan ibadah umroh dan haji adalah Sa’i. Ibadah Sa’i adalah salah satu rukun umroh dan haji yang dilakukan dengan berlari-lari kecil atau berjalan dengan bergegas di antara Bukit Shafa dan Marwah yang berjarak 405 meter sebanyak tujuh kali.

Prosesi Sa’i dilaksanakan dari bukit Shafa. Ketika berada di Shafa, jamaah hendaknya naik ke atas bukit menuju Marwah dan kemudian mengahadap ke Kabah. Ibadah Sa’i yang saat ini dilaksanakan oleh jamaah haji dan umroh memiliki sejarah dan makna tersendiri. Untuk mengetahui sejarah dan makna dari ibadah sa’i lebih jauh, berikut adalah penjelasannya.

Kisah Sejarah Sa’i : Siti Hajar, Nabi Ibrahim AS, dan Nabi Ismail AS

Sejarah sa’i tidak lepas dari kisah istri Nabi Ibrahim yang juga ibu dari Nabi Ismail, yaitu Siti Hajar. Sejarah sa’i di antara Bukit Shafa dan Marwah berawal ketika Siti Hajar berusaha mencari air untuk putranya Ismail yang tengah kehausan.

Ketika itu, Nab Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk meninggalkan istri dan juga anaknya di sebuah gurun yang sangat tandus. Siti Hajar yang merasa bingung dan sedih atas rencana kepergian suaminya pun bertanya “Hendak pergi kemanakah engkau Ibrahim?”.

Mendengar pertanyaan tersebut dari istrinya, Nabi Ibrahim tidak menjawab dan diam saja. Kemudian Siti Hajar menambahkan “Sampai hatikah engkau Ibrahim meniggalkan kami berdua di tempat sunyi dan tandus seperti ini?”.

Ibrahim masih tidak menjawab dan tidak menoleh sama sekali. Kemudian Siti Hajar berkata kembali, “Adakah ini perintah dari Allah SWT?”. Saat itu, Nabi Ibrahim menjawab, “Ya”. Mndengar jawaban tersebut, hati Siti Hajar menjadi lebih tenang. Lalu kemudian Siti Hajar kembali berkata,”Jika memang demikian, pastilah Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan nasib kita.”.

Nabi Ibrahim kemudian pergi meninggalkan Siti Hajar dan juga Ismail dengan membekali mereka makanan dan minuman. Akan tetapi bekal yang diberikan Ibrahim tersebut lama-kelamaan habis juga. Siti Hajar kemudian berusaha mencari air untuk anaknya.

Dari tempat ia berada, Siti Hajar melihat sebuah bukit, yaitu Bukit Shafa. Ia kemudian bergegas mencari air menuju puncak Bukit Shafa, akan tetapi nihil. Ia tidak menemukan apapun. Kemudian ia bergegas turun ke arah Bukit Marwah, namun nihil juga. Siti Hajar kembali lagi ke Bukit Shafa, dan kembali lagi ke Bukit Marwah. Demikian seterusnya hingga tujuh kali.

Setelah tujuh kali bergegas dari Shafa ke Marwah dan sebaliknya, dari Bukit Marwah Siti Hajar mendengar suara gemericik air. Ia kemudian menghampiri arah suara tersebut. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan pancaran air yang deras keluar dari dalam tanah di bawah telapak kaki Nabi Ismail.

Kini air tersebut kemudian dinamakan dengan air zamzam. Dan hingga saat ini, air zam-zam tidak pernah surut ataupun kekeringan. Orang-orang Arab yang melintasi kawasan tersebut kemudian memutuskan untuk tinggal dan jadilah saat ini menjadi Kota Mekah yang berkembang.

Sumur air Zam-zam/Dok: Istimewa

Visual sumur air zam-zam/Dok : Istimewa

Di tempat tersebut kemudian dilaksanakan badah haji dan umroh oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia. Dan peristiwa Siti Hajar tersebut kemudian dijadikan dasar ibadah sa’i yang saat ini dilakukan ketika ibadah umroh atau haji.

Makna Sa’i

Secara bahasa, Sa’i memiliki arti berjuang atau berusaha. Namun kemudian, makna sa’i dkembangkan menjadi sebuah perjuangan hidup yang dilakukan untuk pribadi, keluarga, maupun masyarakat. Sa’i dimaknai sebagai perjuangan hidup yang pantang menyerah dan tidak putus asa. Bahwa hidup harus dijalani dengan penuh kesabaran, ketaqwaan, serta ketawakalan kepada Allah SWT.

Demikianlan Sejarah sa’i di antara Bukit Shafa dan Marwah yang saat ini menjadi salah satu rukun dari ibadah haji dan umroh. (Fjr)

Sumber : Wikipedia

# Bagikan informasi ini kepada teman atau kerabat Anda

Kontak Kami

Apabila ada yang ditanyakan, silahkan hubungi kami melalui kontak di bawah ini.